Picture

Senin, 14 Maret 2011

Wall - E





Jika Anda seseorang yang benar-benar mengikuti perkembangan film akhir-akhir ini, Anda akan menyadari mengapa Saya menolak untuk tahu lebih jauh semua proyek terbaru Pixar. Coba Saya tanya: apa film pixar yang jelek (Saya berani tantang: yang biasa-biasa saja)? Sejak generasi 3D, Pixar sudah merajai dunia animasi mengalahkan DreamWorks (Unggul dengan Shrek) bahkan produk Walt Disney sendiri yang selalu medioker akhir-akhir ini. Andrew Stanton adalah pria nomor satu di balik Finding Nemo.

Pixar kembali mengambil mesin sebagai tokoh utama setelah fabel tikus tahun lalu (Tentu saja itu Brad Bird dengan hidangan Ratatouille). Ada yang mengatakan robot kecil Wall-E merupakan simbol dari gelandangan kecil yang diperankan Chaplin. Itu penggambaran yang pas. Mesin robot di sini tidak akan banyak mulut seperti mobil-mobilan pada Cars. Justru cenderung membisu. Sebagian besar hanya memperlihatkan pantomim sebagai penokohannya. Wall-E adalah salah satu animasi (semua umur, bukan anak-anak saja) paling unik yang pernah dibuat manusia. Desain robot sentral memiliki bentuk mata yang terlihat sedih—meyakinkan bahwa dialah benda hidup terakhir di bumi ini. Jika dilihat tubuh cebol dan matanya yang melebar, dia juga terlihat seperti E.T.

Seperti kebiasaan umum Disney/Pixar, di awal film disertakan sebuah film animasi pendek. Dalam kasus ini, berjudul Presto. Tentang pesulap yang memiliki topi ajaib dengan kelincinya yang kelaparan. Itu animasi pendek yang sangat bagus. Dan itu baru sebagai menu pembuka!

Diceritakan tahun 2800-an, film dibuka dengan memperlihatkan situasi bumi yang usang. Dari penglihatan citra jarak jauh, warna hijau (sebagai daratan) digantikan oleh warna coklat sebagai debu dan tumpukan sampah. Penuh teknik fotografi animasi dengan gambar-gambar jauh yang terlihat indah di tengah kehancuran. Ini pemandangan bumi (mengerikan) yang bisa saja terjadi 700 tahun yang akan datang. Sampah dimana-mana. Banyak robot Wall-E yang ditugaskan untuk membersihkan sampah. Tapi yang tersisa hanya satu: robot Wall-E kecil yang menjadi tokoh utama kita. Dia terlihat sangat kesepian dengan pekerjaannya yang terlalu monoton—merapikan sampah.

Dimana manusia-manusia? Ini memang hari kiamat bagi bumi. Tapi seiring berkembangnya teknologi, manusia diceritakan bisa tinggal nyaman di pesawat luar angkasa—lengkap dengan pelayanan dan fasilitas kelas satu. Wall-E hanya memiliki teman seekor serangga kecil. Sequence ini ditandai absennya dialog. Memiliki aura nostalgia untuk I Am Legend.

Cerita baru berkembang ketika robot betina sakti bernama Eve (sebenarnya nama Wall-E dan Eve hanya label mereka saja) datang ke bumi. Wall-E terlihat berpikiran primitf di jaman yang canggih itu. Eve ditugaskan mencari tumbuhan di bumi. Ketika dia menemukannya, Eve dikirim ke pesawat hasil usaha badan BNL (Buy N Large) ke luar angkasa. Wall-E mengekor. Di sana dia menemukan banyak sekali manusia dengan serba teknologi di sekitar mereka.

Mungkin karena ini pengalaman baru, Saya kurang terbiasa. Saya sangat menikmati sebagian dari film ini sebagai film kaliber oscar. Sebagian lagi memang agak aneh. Ben Burtt (yang juga mendesain suara robot emas R2D2) mengisi suara Wall-E. Wall-E bukan robot yang berbicara. Dia tetap membisu—kecuali saat mengatakan Eve (terdengar seperti: Eva). Minim dialog, kita fokus pada apa yang dilakukan robot kecil itu—terkadang kita bisa tahu apa yang dipikirkan.

Wall-E adalah 2001: A Space Odyssey dalam versi animasi. Bukan hanya karena film ini minim dialog dan sempat menggunakan iringan klasiknya saja—ya, dalam Wall-E sempat diputar The Blue Danube dan Thus Spark Zarathustra. Dan juga bukan karena ini adalah ramalan masa depan dari sudut pandang teknologi. Tapi seperti ini, jika ceritanya bisa saja Saya anggap terlalu biasa, lantas pesan dari ceritanya lah yang begitu kaya. Itu yang perlu ditangkap sebagai ganti dari kesibukan mencerna cerita.

Jangan takut saat Saya menyebutkan judul 2001. Wall-E tidak mungkin seekstrim itu. Film ini masih menggunakan sedikit narasi di pertengahan film. Oh, targetnya adalah bisa disaksikan semua kalangan. Saya bisa sebut, inilah cara terampuh suatu film untuk menyadarkan penonton akan bahaya pemanasan global. Juga sebagai hasil perenungan tentang kisah robot yang jatuh cinta, sekaku-kakunya orang, dia masih memiliki perasaan.

Ketika Wall-E sampai di pesawat luar angkasa raksasa itu, ada gambaran tentang bagaimana manusia jika diperbudak teknologi. Semua orang terlihat gendut. Mereka selalu menaruh bokong besar mereka di kursi dan terbang kesana kemari. Katakan Anda diperbudak teknologi untuk menyelesaikan hal yang seharusnya mudah. Apakah Anda mau seperti orang-orang yang digambarkan dalam film ini? Mereka bahkan tidak tahu cara berjalan. Jika dilihat kronologis jabatan kapten pesawat itu, terlihat memang fisik-fisik terakhir semakin tambun saja.

Mengenai kehidupan di sana, Saya melihat ada kemiripan dengan 2001. Saya berani menyimpulkan Wall-E juga bisa dikatakan menghormati film fiksi ilmiah karya Stanley Kubrick itu. Makanan di sana juga berupa cairan. Manusia berkomunikasi lewat layar. Adanya robot jahat. Tidak adanya alien. Dan desain autopilot dalam film ini mengingatkan Saya pada lampu HAL 9000.

Ada satu wanita yang mengatakan bahwa dia bahkan tidak tahu di pesawat itu ada kolam renang. Sebelumnya dia terlihat begitu asyik bermain-main dengan kursi terbangnya. Saya mencium aura pesan bahwa manusia akan semakin bergantung pada teknologi sehingga melupakan lingkungannya sendiri. Bukannya tidak mungkin. Ada anak yang selalu bermain game konsol di rumahnya sampai dia tidak tahu nama tetangganya. Ini bentuk ironinya.

Saat pilot pesawat sekarang melihat-lihat definisi kata bumi dalam database komputernya, dia begitu takjub dengan gambar-gambar yan dihasilkan. Kita tahu (sementara sang pilot tidak tahu) bahwa itu adalah gambar bumi sebagai alam, bukan tempat berkembangnya teknologi. Film ini bukannya anti teknologi. Hanya kita disadarkan bahwa sebenarnya bumi ini indah jika kita mau merawatnya.

Terakhir adalah soal tumbuhan kecil itu. Tentu itu ada alasannya kenapa Wall-E tidak sekalian saja menggotong pohon beringin. Itu berarti pohon sekecil itupun akan sangat berguna untuk mencegah terjadinya pemanasan global.

Sibuk memberikan pesan (tanpa bermaksud menggurui), tidak membuat Wall-E kehilangan daya tariknya sebagai tontonan hiburan untuk semua keluarga. Dia memiliki beberapa adegan yang lucu, seru dan menyentuh dalam dialog yang sangat minim. Memang tidak diragukan lagi karya-karya Pixar adalah seni jenius yang dikerjakan secara brilian dengan kru-kru level dunia. Stanton akan membawa pulang oscar tahun ini. Panggil Saya di bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

i love my blog !!